Pura Puseh

Pura Puseh

Kata Puseh adalah berasal dari kata puser yang berarti pusat. Kata pusat di sini mengandung makna sebagai pusatnya kesejahteraan dunia yang mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi umat manusia, sehingga upacara-upacara yang berhubungan dengan kesuburan dunia dilaksanakan di Puseh.

Dewa Wisnu sebagai Dewa Pemelihara dari ciptaan Hyang Widi dalam seni arca digambarkan dengan laksana atau ciri bertangan empat yang masing-masing memegang, cakra, sangka dan buah atau kuncup teratai. Wahana adalah Garuda, sedangkan saktinya adalah Sri atau Laksmi (Dewi Kebahagiaan).

Struktur Pura Puseh

Mengenai denah dari Pura Puseh dapat dibagi atas dua bagian sebagaimana denah dari Pura Desa. Pembagian atas dua bagian tersebut adalah: halaman pertama atau disebut dengan jabaan dari pura dan halaman kedua disebut jeroan dari pura.

Pada halaman pertama terdapat beberapa buah bangunan, seperti candi bentar, bale kulkul, pawaregan, bale gong, apit lawang dan candi kurung.

Bangunan-bangunan minimal yang ada pada halaman pertama adalah sebagai berikut:

Candi Bentar.
Bentuknya belah dua yang berfungsi untuk pintu masuk ke halaman pertama dari pura. Untuk memasuki halaman kedua (jeroan pura) melalui candi kurung atau kori agung dengan berbagai macam bentuk variasi dan hiasannya.
Bale Kulkul.
Letaknya di sudut depan dari halaman pertama. Bentuk bangunannya dibuat tinggi sebagai menara dengan kulkul atau kentongan yang bergantung di atasnya. Fungsi dari kentongan berkaitan dengan pelaksanaan upacara seperti ketika nedunang batara dan ketika nyimpen. Fungsi yang lain adalah sebagai tanda bahwa pertemuan antara krama pura akan segera dimulai yang membicarakan berbagai masalah tentang pura seperti : persiapan piodalan, rencana perbaikan pura dan lain-lainnya.
Bale Agung.
Bangunan berbentuk bale panjang dengan dasar bangunannya yang agak tinggi dan atapnya disangga beberapa buah tiang. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pasamuhan (pertemuan) para batara ketika berlangsung upacara ngusaba dan setelah upacara mekiyis (upacara penyucian pratima dari batara).
Bale Gong.
Bangunan ini berfungsi sebagai tempat gamelan, yang ditabuh ketika upacara piodalan berlangsung untuk menunjang jalannya upacara di pura.

Pada halaman kedua atau jeroan pura terdapat pula beberapa buah bangunan dengan fungsinya masing-masing seperti:

Sanggar Agung:
Bangunan suci ini pada bagian puncaknya terbuka yang berfungsi sebagai tempat memuja Hyang Raditya/ Hyang Widi Wasa. Pada bagian puncaknya dibuat terbuka karena Hyang Widi tidak terbatas, memenuhi alam semesta.
Meru Tumpang
Lima atau Tujuh
atau Sebelas.
Bangunan meru ini berfungsi sebagai stana Dewa Wisnu yang dipuja di Puseh. Di sini menjadi tanda tanya kenapa meru, dipakai sebagai stana Dewa Wisnu dan kenapa tidak Gedong sebagai di Pura Desa dan Dalem. Mengenai hal ini belum diketahui dengan pasti tetapi kemungkinan karena Meru adalah lambang gunung yaitu Gunung Mahameru sebagai stana para Dewa. Gunung dengan hutannya adalah merupakan sumber mata air yang nantinya mengalir menjadi sungai-sungai. Air inilah yang memberikan kesejahteraan atau Amerta kepada umat manusia.
Ratu Made Jelawung.
Bangunannya berbentuk gedong, berfungsi sebagai tempat pepatih (pendamping) dari Dewa yang berstana di Meru.
Sedahan Pengrurah.
Bangunan ini berbentuk tugu dengan fungsi sebagai penjaga keselamatan dan keamanan dari pura.
Gedong Pertiwi.
Bangunan ini berfungsi sebagai stana dari Ibu Pertiwi.
Batur Sari.
Bangunan ini berfungsi sebagai stana dari Dewi Danuh yang berkaitan dengan kesuburan.
1 Meru. 8 Bale Pawedan
2 Sedahan Penglurah 9 Kuri Agung
3 Ratu Made Jelawung. 10 Apit Lawang
4 Sanggar Agung. 11 Bale Gong
5 Gedong Pertiwi. 12 Pawaregan
6 Batur Sari 13 Bale Kulkul
7 Pengaruman 14 Candi Bentar.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat